Entah mereka sengaja atau tidak, dengan banyaknya beredar foto dan film porno amatir sangatlah berpengaruh pada masa depan bangsa ini. Didukung dengan bertambah kembangnya teknologi untuk membuat maupun menyebarluaskan dan mengakses foto dan film porno tersebut sangatlah mudah. Kamera ponsel, bukan hanya suatu barang kebutuhan untuk berkomunikasi yang sekarang hampir para pemuda yang masih duduk dibangku sekolah bahkan anak-anak sudah miliki. Tetapi barang tersbut disalahgunkan untuk keperluan mengabadikan, menyimpan gambar dan film porno.

Menurut hasil penelitian TV Lab Communications, terdapat 500 lebih cuplikan film porno yang menggambarkan hubungan sex orang-orang Indonesia yang dibuat dengan menggunakan Handphone dan Video Kamera. 90% adegan cuplikan film porno dilakukan oleh anak muda SMA dan Mahasiswa. 8%nya berasal dari rekaman prostitusi, para pejabat pemerintah (DPR dan Pegawai Negeri). 2%nya adalah cuplikan kamera pengintai yang mengambil gambar para wanita-wanita muda yang sedang bugil tanpa sadar di toilet ataupun di kamar hotel.

Coba kita amati lingkungan sekitar kita. Harga diri, terutama kaum perempuan, sudah banting harga di mana-mana. Hal ini bisa kita lihat dari gaya mereka berpakaian. Ada yang sengaja dilihatkan pusarnya, (maaf) celana dalamnya, underwear alias kaos dalemannya, sampai berpakaian tapi telanjang, yaitu berpakaian tapi semua lekuk tubuhnya kelihatan dengan amat sangat jelas bentuk dan ukurannya. Sekarang yang lagi trand-trandnya celana mini yang ukurannya agak besar dikit dari celana dalam.

Kalau boleh saya menebak maksud hati mereka berpakaian seperti itu, mungkin mereka ingin menunjukkan secara tidak langsung kalau mereka mempunyai sesuatu yang indah dan mereka nilai suatu kelebihan yang patut di kagumi. Dan karena wanita ingin di mengerti.

Cara berpakaian berubah seiring dengan perubahan jaman ditambah lagi pengaruh prilaku dari budaya negara luar. Lomba-lomba kecantikan yang semua ujung-ujungnya pamer aurat, digelar di mana-mana. Mulai tingkat RT hingga dunia. Bahkan institusi kampus yang tempatnya intelektual muda yang katanya sebagai agen of change, juga terkontaminasi dengan pagelaran miss kampus. Kalau tidak kita mulai dari sekarang mungkin 5-10 tahun lagi kita akan kembali kejaman Jahiliyah (kebodohan) dimana manusia sudah enggan memakai baju.

Bukan hanya itu hal ini diperparah lagi dengan setengah hatinya pemerintah, pada lembaga sensor yang dibentuknya. Banyaknya media masa cetak maupun elektronik yang hampir setiap saat dengan bebas menayangkan gambar-gambar dan adegan film yang tidak pantas dipertontonkan. Para generasi muda yang semangat-samangatnya mencari jati diri, perilaku negative para figure yang sering muncul di TV kerap mereka tiru, tanpa memikirkan dampak bagi masa depan mereka sendiri. Yang mereka pikirkan, yang penting saya tidak ndeso, dibilang gaul dan keren sama dengan artis-artis ngetop.

Tentunya tidak dengan menggunakan kotbah dan himbauan yang tidak mempan masuk ke telinga anak muda. Maka, mari kita saling mengingatkan bila Anda mempunyai anak, teman atau Anda sendiri yang senang bereksperimen dengan kamera (ponsel kamera, webcam maupun kamera genggan/handycam). Selamatkan Generasi kita. Selamatkan Anak Muda Indonesia


Tak menyalahkan ketika suatu yang bersifat hiper di balas dengan kehiperan pula, semoga para pria yang berbadan tegap dengan mengenakan baju coklat ini marah, bayangkan jika dinegara ini tidak ada mereka, siapa yang mengatur jalanan disaat macet, orang-orang jahat jambret, maling, pembunuh, mikir 1000 kali karena ada mereka. Mungkin orang yang lemah tidak takut. Seluruh orang dipaksa untuk berbuat baik, tapi sampai sekarang kenapa masih ada saja orang-orang harus merasa diasingkan.
Siap Ndan ...Hipernya lagi dengan enaknya menyakiti sesama mahluk yang paling sempurna kataNya, peluru dibuat untuk apa? Mengabdi kepada nusa dan bangsa. Maaf...jikalau pelindung dan pengayom sekaligus pelayan masyarakat.