Setelah dipenjara selama 20 tahun, besok ibu dan anaknya ini berhadapan dengan moncong senjata. Ya masih beruntung, mungkin orang yang mengadilinya mempunyai maksud untuk memberi waktu mereka berdua untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya selama 20 tahun.
Diakhir ayat Mereka masih sempat minta belas kasihan pada orang yang mereka anggap sebagai satu-satunya dewa penolong atau bisa juga malaikat pencabut nyawa

Ass.Wr.Wb:

Dengan Hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Sugeng
Pidana: Hukuman mati
Alamat: LAPAS Klas I Surabaya di Porong Sidoarjo

Bahwa berdasarkan pemberitaan di media masa serta grasi yg ditolak, saya & Ibu saya akan dieksekusi.

Bapak Presiden yang terhormat:
Dengan segala kerendahan hati, saya berharap agar dapatnya pelaksanaan eksekusi bisa ditangguhkan/ditunda. Dengan pertimbangan kemanusiaan.

Yang mana hingga saat ini saya & ibu saya Sumiarsih telah menjalani proses hukuman selama 20 tahun. Selain itu, dalam menjalani proses hukuman hingga saat ini saya & ibu saya tidak pernah melanggar aturan yang berlaku didalam LAPAS.

Dalam hal ini apabila Bapak Presiden berkenan, mohon dapatnya di kros cek aktivitas saya selama di LAPAS.

Dilain hal, selama saya di LAPAS juga membantu petugas dalam menjaga ketertiban, membuat pertamanan serta pembibitan tanaman hias dimana hal tersebut bisa dijadikan bekal NAPI lain ketika sudah bebas nantinya.

Bahwa, andaikata hidup saya selama di LAPAS tidak berguna atau sering membuat keonaran....maka saya ichlas untuk dieksekusi.
Bapak Presiden yang saya hormati:

Saya sebagai manusia biasa menyadari telah melakukan kesalahan. Untuk itu selama ini saya telah menunjukan itikat baik supaya bisa menjadi manusia yang berguna sampai kapanpun.

Dengan beberapa pertimbangan diatas, sudilah kiranya Bapak Presiden mengabulkan permohonan saya.

Demikianlah kiranya isi dari surat permohonan ini serta atas terkabulnya surat permohonan ini, saya haturkan terima kasih dan senantiasa saya berdoa agar Bapak Presiden dalam memimpin bangsa ini akan dapat mencapai tujuan Nasionalnya.

Berikut saya lampirkan raport selama saya dibina di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas I Surabaya di Porong - Sidoarjo.


Tapi gak tahu perasaan dewa penolong atau malaikat pencabut nyawa itu gimana ?....
setelah itu mereka disuruh tanda tangan surat persetujuan untuk membunuh mereka sendiri.Kalau tidak mau tanda tangan juga tetap dihabisi. Pantaskah mereka dikasihani?
Seandainya aku bisa berandai, cerita tentang mereka tidak akan berakhir besok, kalau penguasa bangsa ini juga berandai-andai.
Hutang Nyawa...Dibalas Nyawa...apakah itu dendam atau itu adil. Menurut SIAPA
Nyawa tiada arti....